Wednesday, June 14, 2006

Pak HARTO, Nasibmu Kini ....

Tadi pagi denger di radio katanya kasus Pak Harto akan dibuka kembali. Mungkin gue ini aneh, tapi gue bukan orang yang senang dengan dibukanya kembali kasus Pak Harto. Alasannya? Gue sendiri nggak punya alasan pribadi kenapa kok gue rasa nggak penting ngubek2 kasus itu. Rasanya gue ingin teriak “C’mooon guys. It’s enough ! I’m siccccccccccccccck of itttttt !!!”

Banyak orang yang benci mati2an sama beliau. Bahkan ada temen gue yang komentar “Biar mampus aja tuh orang. Hukum mati aja biar tau rasa” . Ihhhh mengerikan sekali bukan? Banyak kebencian yang diumbar besar-besaran tanpa saringan di Negara tercinta ini. Dan ini bikin gue sedih. Gue yakin kebencian nggak akan bisa membuat manusia berpikir jernih. Kebencian hanya akan membuat manusia seperti berjalan di kegelapan memegang sebuah pedang tajam yang siap ditebaskan. Kebencian tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tidak akan pernah!!!!!

Kadang gue bertanya2 dalam hati, apa sih sebenarnya alasan yang tepat untuk seseorang membenci orang lain? Gue nggak pernah tahu perbuatan apa yang telah diperbuat Pak Harto dan berdampak langsung merugikan diri gue. Selama ini gue baik2 aja. Tidak berkekurangan walaupun tidak juga berlebihan. Hidup lurus-lurus saja sebagai warga Negara Indonesia. Atau gue memang nggak pernah perduli?

Memang banyak berita dan cerita mengenai “ketidakmanusiawian” Mantan Presiden RI tersebut. Banyak orang bersaksi bahwa mereka adalah korban dari kepemimpinan beliau yang otoriter. Itu yang gue baca di koran dan gue lihat tayangan2nya di TV.

Gue tidak menyukai kesewenang2an. Gue nggak suka ketidakadilan. Kalau memang apa yang gue baca dan lihat adalah kebenaran, gue tentu saja tidak menyukai perbuatan beliau. Tapi untuk membenci, mengutuk bahkan sampai menyumpah2 bahkan mengumpati dengan kata-kata kasar. Gue nggak bisa. Hati gue bicara “tidak bisa”. Sekali lagi, mungkin gue aneh. Tapi memang gue tidak bisa membenci orang apalagi orang yang tidak gue kenal dengan baik. Bahkan gue tidak pernah bisa membenci orang yang sudah menghancurkan hidup gue selama ini.

Pak Harto, nasibmu Pak …. Dulu dipuja sekarang dicaci. Dulu disanjung2 sekarang dibenci. Dulu jejak langkahmupun diabadikan sebagian orang yang sekarang berbalik menyerangmu. Yah, itulah hidup Pak. Selalu ada batasan waktu untuk setiap peran dalam sebuah lakon cerita. Ada waktunya tirai diturunkan dalam setiap pertunjukan. Ada waktunya “review” dibacakan setelah sebuah pekerjaan “dicoba” untuk diselesaikan.

Bisakah kita belajar dari kejadian yang menimpa beliau? Bisakah? Ataukah kita sibuk membenci tanpa pernah berkaca diri? Dan sepertinya banyak “manusia-manusia” busuk yang duduk diatas derita saudara-saudaranya yang kini berlindung dibalik tirai2 putih untuk menyembunyikan hitam pekatnya jiwa mereka ….
Teriakan mereka keras membahana melagukan kata-kata putih bersih tanpa makna yang lahir dari jiwa yang ternyata busuk. Dan semuanya ini membuat gue muak. Ingin rasanya gue muntahi wajah-wajah serigala mereka. Mereka bisa sembunyikan seringai liar mereka dari orang banyak yang tunduk menghormati mereka. Tapi kekotoran mereka terpampang jelas buat gue. Hanya diperlukan kebersihan hati, kebesaran jiwa yang jauh dari kepentingan pribadi yang mampu membuat manusia tetap berdiri di porosnya tanpa harus ikut larut dalam euphoria orang lain ….

Semoga Tuhan mengampuni semua hambaNYA yang tahu ataupun tidak tahu bahkan yang pura2 tidak tahu atas segala kesalahan yang telah mereka perbuat kepada orang lain dan terutama kepada kehidupan mereka sendiri, termasuk gue juga tentunya. Amiinnn …

No comments: